Jumat, 19 Februari 2016

Mengapa Kita Harus Beribadah Kepada Allah??

Pic by Siti Rahma S. Maulang

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Bismillah..


Indahnya Berbagi yang bermanfaat, Istiqomah yah Muslim-muslimah perindu Syurga,,, Insya Allah bermanfaat,,,

by   Riyadh,




Untuk sia-sia kah Allah menciptakan kita?
 Menciptakan langit, bumi, matahari dan bulan?
Hanya untuk main-main saja kah Allah mempergilirkan siang dan malam?
 Menurunkan hujan? Menumbuhkan pepohonan dan mengalirkan sungai-sungai?
Tanpa tujuan kah Allah mengaruniakan akal pikiran kepada kita?

Sederet pertanyaan yang jawabannya sangat mudah dan tidak membutuhkan pemikiran mendalam sebetulnya, namun sering terlewatkan dalam pengamatan kita karena hati kita kerap sibuk dengan keinginan-keinginan jiwa kita yang melalaikan, karena mata kita sering silau dengan kerling indah dunia, dan karena akal pikiran kita tidak jarang tertutup kabut kegelapan yang menyamarkan kebenaran. Bahkan, sebagian kita lupa daratan dan menjadi pengingkar hakikat dirinya ..

Satu kata saja, dengan satu tarikan nafas saja untuk mengucapkannya, yang kita butuhkan untuk menjawab sejumlah pertanyaan di atas. Yaitu: Al Ibaadah. Ya, semua itu Allah lakukan agar kita beribadah kepada-Nya. Dengan tegas Allah menyatakan,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)

Allah pun menyindir kita dengan pertanyaan,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ


“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun [23]: 115)

Imam Ibnu Katsir –rahimahullah– berkata, “Firman Allah, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)?” “Apakah kaling menyangka bahwa kalian diciptakan tanpa maksud, tujuan dan hikmah?” “Firman Allah, “bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” “Tidak dikembalikan ke negeri akhirat?” (Tafsir Al Qur`an Al Adzim: 5/500)

Jika muncul dalam benak kita pertanyaan, “lalu, mengapa Allah memerintahkan kita untuk beribadah?” Alasan-alasan berikut mudah-mudahan semakin dapat meyakinkan kita mengapa kita harus beribadah kepada Sang Pencipta kita, Allah subhaanahu wa ta’aala.

Karena Allah adalah Pencipta Kita dan Semesta serta Pemelihara Semuanya.

Hal ini sebagaimana pernyataan Allah dalam ayat yang telah lalu penyebutannya (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56, Al Mukminun [23]: 115)
Allah pun berfirman,
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ


“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. Az Zumar [39]: 62)

Oleh karena Allah satu-satunya dzat yang menciptakan kita dan juga menciptakan semesta tempat hidup kita, maka kita harus beribadah kepada-Nya, mengabdi sebagai hamba dan bagian dari makhluk-Nya.

Karena Allah menciptakan Kita dengan Bentuk yang Terbaik

Allah tidak menciptakan kita dalam bentuk yang asal-asalan, tapi menciptakan kita dengan bentuk yang terbaik. Perhatikan firman Allah berikut,

لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tiin [95]: 4)

As-Si’diy berkata, “Maksudnya adalah diciptakan dengan sempurna, anggota tubuh yang sesuai dan perawakan yang pantas, tidak kurang sesuatu apa pun yang ia butuhkan.” (Taisir Karim Al Rahman: 929)
 
Karena Allah Memuliakan kita dengan Akal Pikiran

Tidak hanya itu, Allah pun mengistimewakan kita dengan akal pikiran. Allah berfirman,

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
“Dan sungguh kami telah memuliakan anak Adam.” (QS. Al Isra [17]: 70)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa manusia telah dimuliakan dengan akal. (Lihat Tafsir Al Baghawi: 5/108)

Karena Allah yang Mengarunikan kepada Kita Rizki untuk Menopang Kehidupan Kita

Setelah diciptakan, dengan bentuk terbaik dan dimuliakan dengan akal pikiran, karunia Allah selanjutnya adalah menurunkan beragam rizki yang dengannya manusia mampu bertahan hidup di bumi ini. Allah berfirman,
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ
“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya?” (QS. Al Mulk [67]: 21)

Itulah beberapa alasan mengapa kita harus beribadah kepada Dzat yang telah mengaruniakan kepada kita segala hal yang kita miliki saat ini.
Jelas sekali, sejelas matahari di siang hari. Bagi orang-orang yang mau berfikir, bagi orang-orang yang berakal, bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran dan bagi orang-orang yang mau mengikuti fitrah sucinya. Begitulah Allah sering menyinggung nalar kita untuk berfikir di dalam Al Qur`an. Semoga Allah menuntun kita kepada petunjuk dan keridhaan-Nya". Wallahu a’lam.

Makna Ibadah

SRSM



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Bismillah..


Indahnya Berbagi yang bermanfaat, Istiqomah yah Muslim-muslimah perindu Syurga,,, Insya Allah bermanfaat,,,

By Abu Khalid – Riyadh, Albatha

Jika telah tegas, bahwa tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya, maka jangan tunggu lama-lama lagi untuk segera menunaikan ibadah tersebut dengan baik. Namun tunggu dulu! Sebelum itu, sepertinya kita harus menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu; “Apakah yang dimaksud dengan ibadah? Nah, tulisan berikut insya Allah akan sekilas mengupas makna ibadah. Agar kita dapat memahami hakikat ibadah itu, dan selanjutnya kita dapat beribadah kepada Allah dengan benar dan penuh penghayatan.

Ibadah memiliki dua sisi makna:

(1)   Ibadah bermakna ta’abbud, artinya adalah tadzallul atau menghinakan diri dan khudhuu’ atau tunduk. Beribadah kepada Allah dengan makna ini berarti menghinakan diri dan tunduk kepada Allah.
(2)   Ibadah bermakna al muta’abbad bihi (sesuatu yang dengannya kita beribadah), artinya adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan atau perbuatan, baik bersifat nampak atau tersembunyi. Beribadah dengan makna ini berarti melakukan segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik perkara tersebut diyakini dan diamalkan oleh hati kita, diucapkan oleh lisan kita, atau diperbuat oleh anggota tubuh kita. (Syarah Ushul Tsalatsah, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily)


Dari dua makna ibadah diatas, kita dapat menilai kapan perbuatan kita disebut ibadah. Kita ambil contoh, shalat misalnya. Mengapa shalat kita katakan ibadah? Karena 
(1) ia merupakan bentuk ketundukan kepada Allah, dan 
(2) shalat adalah perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah karena Allah telah   memerintahkannya. 

Dengan demikian, tidak disebut sebuah ibadah, jika sebuah perbuatan tidak dilakukan dengan rasa ketundukan dan perendahaan diri kepada Allah, sebagaimana juga tidak dapat disebut ibadah, jika perbuatan itu tidak dicintai dan diridhai oleh Allah, karena perbuatan itu tidak ada perintahnya dari Allah misalnya.
Kemudian, dari pengertian ibadah yang kedua, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa ibadah dapat dilakukan oleh hati, lisan dan anggota badan.

Ibadah Hati
Ibadah hati adalah ibadah yang dilakukan oleh hati. Hati dapat berkeyakinan dan berbuat. Ketika hati kita meyakini dan berbuat sesuatu yang Allah cintai dan ridhai berarti hati kita sedang beribadah kepada Allah, berarti perbuatan atau keyakinan itu disebut ibadah. Ibadah hati cukup banyak. Diantaranya adalah beriman kepada rukun iman, ikhlas, khauf (takut), raja (berharap), tawakkal, mahabbah (cinta) dan lain-lain.

Ibadah Lisan
Ibadah lisan adalah ibadah yang dilakukan oleh lisan. Ketika lisan kita berucap atau melakukan aktifitas yang dicintai dan diridhai oleh Allah, maka berarti lisan kita sedang beribadah kepada Allah. Diantara contoh ibadah lisan adalah: berdzikir dengan dzikir-dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti, subhanallahi wa bi hamdihi, subhaanallahil adhziim, laa ilaaha illallah, allahu akbar dan lain-lain, atau beristighfar, membaca Al Qur’an, berkata-kata baik kepada sesama, memberi nasehat, beramar makruf nahi munkar dan lain-lain.

Ibadah Anggota Badan
Ibadah juga dapat dilakukan dengan anggota badan. Contoh untuk ibadah ini sangat banyak. Diantaranya shalat yang kita tunaikan setiap hari lima kali, zakat, shaum di bulan ramadhan dan berhaji serta umrah ke baitullah. Intinya apapun perbuatan anggota badan yang dicintai dan diridhai oleh Allah, maka ia termasuk perbuatan ibadah.
Ibadah tidak semuanya berada pada level keutamaan yang sama. Masing-masing dari jenis ibadah itu bertingkat-tingkat. Tingkatan ibadah yang paling pokok ada dua: (1) Ibadah wajib (fardhu), (2) Ibadah sunnah (Nafilah).

Ibadah Wajib (Fardhu)
Ibadah wajib adalah ibadah yang harus dilakukan, tidak boleh ditinggalkan, jika dilakukan berbalas pahala dan jika ditinggalkan berakibat dosa. Contohnya sholat lima waktu, infak wajib (zakat), shaum di bukan ramadhan, haji dan umrah sekali seumur hidup. Semuanya adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim.
Ibadah wajib ini sangat tinggi derajatnya dan paling dicintai oleh Allah. Dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Allah berfirman, “…Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai cintai daripada sesuatu yang Aku fardhukan kepadanya.” (Bukhari no. 6502)

Ibadah Sunnah (Nafilah)
Jika seorang hamba telah sempurna melakukan ibadah-ibadah yang wajib, maka sangat dianjurkan kemudian memperbanyak ibadah-ibadah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kelanjutan hadis qudsi diatas, “…Dan hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku pun mencintainya.” (Bukhari no. 6502)
Demikian selayang pandang tentang makna ibadah, mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita semua kekuatan untuk beribadah kepada-Nya, wa laa haula wa laa quwwata illa billah. Wallahu ‘alam.
  Afwan,,


Selasa, 16 Februari 2016

" Ucap Salam Sebelum bicara"


Pic SRSM


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Bismillah..

 .

Semoga hari-hari kita selalu diberkahi dengan berbagi yang bermanfaat, salam santun buat pembaca yang selalu dalam lindungan-Nya.
kali ini saya sedikit berbagi pengetahuan tentang Ucapan salam, yang diambil dari Postingan Ustadz AL Fazza, semoga bermanfaat..


"Assalamu qoblal kalam" 
Artinya: Ucap salam sebelum bicara (HR Bukhari)

Tidak disunahkan membaca basmalah sebelum salam, karena salam itu sebagian dari perkara yang tidak dijalankan dengan membaca bismillah. 
Dan jika membaca bismillah,maka putuslah kesunatan salam serta kewajiban menjawab salam.

Yang sunah orang salam itu mulainya sebelum bicara apa-apa …
Salam adalah sebelum berbicara. Karena salam adalah penghormatan yang dibuat permulaan.Sunahnya tidak ada jika sudah dimulai dengan bicara dahulu. Seperti sunahnya tahiyatul masjid, sebelum melakukan apa-apa"



“Setiap perkara yang mengandung kebaikan yang tidak diawali dengan basmalah kurang berkah”
Yang dimaksud ‘setiap perkara’ mencakup semua jenis ucapan seperti bacaan dan semua jenis perbuatan seperti mengarang (kitab).

Yang dimaksud ‘yang mengandung kebaikan adalah setiap keadaan yang oleh syara’ dipandang penting untuk diawali dengan bismillah bukan hal yang haram bukan pula hal yang makruh.
Disyaratkan juga bukan berupa dzikiran murni dan bukan hal yang oleh syara’ ditetapkan keberadaannya dengan selain basmalah dan hamdalah seperti shalat yang oleh syara’ telah ditetapkan tidak diawali dengan basmalah dan hamdalah tapi awalilah dengan takbir.


Tuhfah al-Muriid hal. 3

Disyaratkan juga keberadaan perkara yang diawali dengan basmalah bukan berupa dzikiran murni seperti bacaan alQuran karena secara asalnya bukan berbentuk dzikiran maka disunahkan saat mulai membacanya membaca basmalah, berbeda bila berupa dzikir murni seperti kalimat tahlil ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’ maka tidak disunahkan diawali dengan basmalah.
Dan disyaratkan pula bukan hal yang oleh syara’ ditetapkan keberadaannya diawali dengan selain basmalah dan hamdalah seperti shalat yang oleh syara’ telah ditetapkan tidak diawali dengan basmalah dan hamdalah yakni diawali dengan takbir.

Hasyiyah al-Baajuury I/11

Translate ibarat :
Sedang perkara yang tidak disyariatkan diawali dengan basmalah maka terdapat enam bagian ;
1. Hal yang oleh syara’ ditetapkan keberadaannya diawali dengan selain basmalah seperti shalat, adzan karena oleh syara’ telah ditetapkan permulaannya memakai takbir, dan seperti haji dan umrah yang oleh syara’ telah ditetapkan permulaannya dengan talbiyah.
2. Bukan berupa dzikiran murni seperti kalimat ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH MUMMADAN ROSUULULLAAH, SUBHAANALLAAH WA BIHAMDIHI.



والله أعلم بالصواب
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ