Selasa, 05 April 2016

Biarlah Allah yang Menyelesaikan Skenario-Nya..


siti rahma s. maulang

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Bismillah..


Keterbatasan diri mengerti apa yang akan terjadi mengajarkan kepada kita untuk menyandarkan segala urusan hanya pada Ilahi.

Iman mendidik kita agar kita yakin bahwa apa yang ada di kemudian hari, Allah senantiasa datangkan banyak kemudahan.
Meski begitu kita pun harus siap apabila kenyataan hadir tak sama dengan apa yang menjadi harapan.
Tabiat kehidupan selayaknya pergantian siang dan malam mengisyaratkan pada kita seperti itulah sunnatullahnya.
Bergantinya nikmat dan ujian justru menjadikan setiap mukmin belajar menikmati setiap rasa yang dipergilirkan.

Ridla akan ketetapan Nya.
Tabah jalani takdir Nya.
Tegar tapaki titah Nya

Iman mengajarkan tentang bagaimana kita bersyukur kala ujian melanda.
Bagaimana tidak bersyukur, saat-saat sulit itulah kesempatan kita sampaikan harap.

Ketika Allah merindukan hamba Nya, Allah mengirimkan kado istimewa untuk hamba Nya melalui malaikat Jibril yg isinya adalah UJIAN.

Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman: "Pergilah pada hamba Ku lalu timpakan berbagai ujian biar Aku mendengar rintihannya" [HR Thabrani dari Umamah]

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya: "Tidaklah suatu perkara yang menimpa seorang muslim baik berupa kelelahan, penyakit, gangguan orang lain, kesedihan yang mendalam, sampai duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sebab itu". [HR. Bukhari no. 5641 & Muslim no. 2573]

Apa pun kenyataan yang kita hadapi yakinlah bahwa Allah pemilik skenario terindah.
Tak ada kemadharatan dari setiap rencana bagi hamba Nya.
Kewajiban kita menerima dengan lapang dada dari kenyataan yang ada di depan mata.
Tersenyumlah dan hati akan mengikutinya.
Hiburlah diri dengan karunia-karunia yang pernah kita rasakan sebagai wujud kemurahan Nya.

Maka bersyukurlah....
Rasa syukur senantiasa ada di hati hamba-hamba yang mau bertafakur.
Bila karunia hadir tak akan ada hati yang takabur.
Hidup pun jauh dari sifat kufur.
Perjalanan hidup pun senantiasa tertata dan teratur.
Hingga akhirnya sepi sendiri di alam kubur.

“Barangiapa mensyukuri nikmat-Ku, maka akan Ku tambahkan nikmat baginya. Dan barangsiapa kufur terhadap nikmatKu, sesungguhnya adzab-Ku amat pedih.” (Q.S. Ibrahim : 7)


AIHQ PSDM ODOJ
AIHQ/124/04/04/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar